spot_img
More

    Jurnal Vol 5.2

    Oktober 2019

    Daftar Isi:

    Konsep Fundamental Kecerdasan Buatan dalam Kritik Filsafat Timur - M. Mukhtasar Syamsuddin

    • Saya sungguh menyadari bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence) sebagaimana tercantum dalam judul pidato ini merupakan bidang kajian yang relatif baru dalam diskursus filsafat teknologi di Indonesia. Oleh karena itu, saya perlu menggarisbawahi bahwa “kecerdasan buatan” (artificial intelligence) adalah istilah kunci yang senantiasa muncul ketika “kecerdasan manusia” (human intelligence) atau “kecerdasan alami” (natural intelligence) dikaji dalam ranah keilmuan filsafat, terutama Filsafat Akal-Budi …

    Filsafat Ketuhanan Menurut Emmanuel Levinas dalam Tulisan God and Philosophy (1975) - Paulus Bagus Sugiyono

    • Di dalam diskusi filsafat barat, Levinas mengklaim bahwa filsafat selalu berupaya “menundukkan” pelbagai macam fenomena yang ada ke dalam pemahaman, termasuk Tuhan atau Yang Transenden. Mengkritik konsep pemikiran demikian, Levinas mengatakan bahwa upaya pemaknaan Yang Transenden merupakan sebuah upaya yang reduktif. Yang Transenden tidak boleh direduksi ke ranah being. Gairah terhadap Yang Transenden menjadi mungkin dan nyata di dalam relasi dengan Yang Lain. Aku bertanggung jawab terhadap Yang Lain. Di dalam Yang Lain, aku menemukan jejak Yang Transenden. Meski, harus ditekankan bahwa Yang Lain ataupun jejak itu sendiri bukanlah Yang Transenden. Jejak ada bukan secara intensionalitas.
    • Kata Kunci: Yang Transenden, tanggung jawab, insomnia, disinterestedness, jejak

    Status Manusia dalam Antroposen - Rangga Kala Mahaswa

    • Artikel ini akan membahas perdebatan dan status manusia dalam Antroposen. Antroposen secara populer dikenal sebagai bagian dari rentang skala waktu geologis ketika aktivitas manusia dianggap memiliki pengaruh secara global pada sistem geologi bumi. Akan tetapi, hanya Holosen yang masih dipertahankan secara formal hingga saat ini. Tesis Antroposen membawa pro dan kontra di antara peneliti geologi. Mereka yang mendukung Antroposen tetap bersikukuh bahwa Antroposen nyata dan perlu untuk diratifikasi. Sedangkan bagi mereka yang kontra justru menganggap, Antroposen hanya gairah spekulasi yang tidak dapat melepaskan diri dari sifat antroposentrisme. Terlepas dari perdebatan dan usaha ratifikasi Antroposen, artikel ini akan memberikan justifikasi ontologis bahwa manusia terlibat dan memiliki daya kausal atas konstelasi skala waktu geologi. Status manusia harus dilepaskan dari segala term antroposentrisme untuk dapat menjelaskan trajektori Antroposen yang bercirikan terra incognita, objek yang unik dan berpotensi secara kompleks dapat membentuk skala waktu geologi lain di masa depan. Selain geologi, Antroposen juga mulai mempengaruhi cara pandang ilmu non-geologi dalam melihat realitas.
    • Kata Kunci: Antroposen, antroposentrisme, geologi, Holosen, manusia

    Heidegger dan Hewan - Unies Ananda Raja

    • Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Martin Heidegger memandang problem hewan. Secara singkat, problem hewan menyangkut dua hal: esensi dan distingsi. Pertanyaan penting dalam problem hewan adalah mengenai kemungkinan untuk mendefinisikan esensi hewan itu sendiri yang berbeda dari manusia dan mempertanyakan landasan dan asumsi-asumsi tertentu mengenai distingsi manusia-hewan. Dalam kerangka ini, esensi hewan sebagai hewan yang didefinisikan secara oposisional dengan manusia selalu problematis karena ciri yang membedakan itu tidak pernah stabil karena memiliki basis argumen yang lemah. Dengan begitu, distingsi manusia-hewan tidak memiliki sokongan filosofis yang kuat dan mesti dipertanyakan kembali. Dengan menelusuri pemikiran Heidegger, saya menemukan bahwa Heidegger tidak bisa lepas dari problem hewan. Ia tetap memandang bahwa ada distingsi manusia–hewan yang bisa ditetapkan dari esensi manusia dan esensi hewan. Heidegger memlandaskan argumennya pada relasi manusia dan hewan terhadap dunia. Ia menyatakan bahwa apa yang membedakan relasi tersebut adalah bahwa hewan tidak memiliki akses pada sesuatu sebagai sesuatu (as-such) yang hanya bisa diakses oleh manusia. Dengan adanya lack ini, hewan juga lack ek-sistensi, bahasa, dan kematian. Hanya manusia yang ek-sis, hewan hanya hidup, manusia mempunyai bahasa, hewan tidak, manusia bisa mati, hewan hanya binasa. Namun, problem dari pemikiran Heidegger tersebut adalah: apakah benar manusia memiliki relasi terhadap sesuatu yang as-such itu? Berdasarkan argumen Derrida dan Nietzsche, manusia tidak pernah bisa memiliki dimensi semacam itu karena selalu ada perspektif manusiawi yang bermain di dalamnya. Dengan begitu, hal esensial yang membedakan hewan dan manusia bagi Heidegger gugur, yang secara otomatis juga mengugurkan distingsi yang ditetapkannya. Pada akhirnya, Heidegger tidak pernah terlepas dari problem hewan ini. Bahkan, pemikiran Heidegger terhadap hewan itu sendiri problematis.
    • Kata Kunci: Heidegger, hewan, as-such, esensi, distingsi

    Demokrasi Radikal Chantal Mouffe: Ikhtiar Melampaui Paradoks Demokrasi Liberal - Melfin Zaenuri

    • Artikel ini bertujuan untuk mengetengahkan pemikiran Chantal Mouffe tentang demokrasi radikal sebagai respon atas paradoks demokrasi liberal. Menurut Mouffe, demokrasi radikal terjebak ke dalam kutukan moral ketika memandang menguatnya fenomena illiberal, intoleransi, xenofobia, sentimen agama dan rasial di pelbagai belahan dunia. Demokrasi liberal menjadi lahan subur terciptanya ketidaksetaraan ekonomi dan mengeksklusi yang irasional dalam demokrasi dengan dalih politik konsensus. Demokrasi radikal merupakan upaya mengatasi dan melampaui paradoks demokrasi dengan menjadikan demokrasi sebagai arena konflik antar pelbagai kepentingan, ideologi dan identitas yang saling berkontestasi serta mengonstruksi satu sama lain untuk merebut posisi hegemonik dalam ruang publik. Selain itu, demokrasi radikal mengemban misi sosialisme dan emansipasi sebagai wujud perjuangan demokratik melawan relasi opresi dan subordinasi
    • Kata Kunci: Chantal Mouffe, demokrasi radikal, demokrasi liberal

    Komitmen Ontologis dalam Komposisi sebagai Identitas - Ainu Syaja

    • Menerima klaim David Lewis identitas dalam logika tidak pernah menjadi suatu hal yang problematis. Bahwa tidak pernah ada masalah suatu hal identik dengan dirinya sendiri, hanya identik dengan itu sendiri, dan tidak pernah ada masalah jika dua hal identik satu sama lain, karena dua hal yang identik merupakan satu hal.
    • Problem identitas sendiri muncul ketika kita harus mendefinisikan identitas dengan bentuk yang non-trivial. Tetap hadir dalam bentuk identitas yang merujuk terhadap dirinya …

    26 MB - include updates and bug fixes.