spot_img
More

    Jurnal Vol 4.1

    Mei 2017

    Daftar Isi:

    Mencari Makna Pendidikan - M. Nur Alam Tejo

    • Membicarakan pendidikan adalah hal yang tak ada habis-habisnya. Pendidikan seolah jadi bola panas dalam kehidupan manusia. Bukan tanpa sebab pendidikan akan selalu menjadi perdebatan—di samping hiruk pikuk politik, ekonomi, dan agama—sebab pendidikan memang sudah galibnya menyangkut aspek-aspek subtil kehidupan manusia. Oleh karena itulah memang sudah sewajarnya kita memaknai ulang pendidikan dari zaman ke zaman.
    • Manusia modern seperti kita ini sepertinya memang dikutuk untuk tak pernah puas akan ...

    Object-Oriented Philosophy Graham Harman - M. Unies Ananda Raja

    • Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan asumsi dasar dari filsafat Graham Harman (1968– ) yang disebut dengan Object-Oriented Philosophy. Latar belakang pemikiran Harman adalah kritiknya terhadap tendensi filsafat barat yang cenderung menjelaskan realitas secara problematis dengan dua cara, yakni mereduksi objek ke unit terkecil (undermining) atau menolak unifikasi objek dalam satu hal (overmining). Masalah dari kecenderungan pertama adalah ketidakmampuan menjelaskan kemunculan dan ketahanan objek, sedangkan masalah kecenderungan kedua adalah ketidakmampuan menjelaskan perubahan objek. Untuk mengatasi dua kecenderungan tersebut, Harman mengembangkan pemikiran tentang objek yang didapat dengan pembacaan kritis atas gagasan intensionalitas Husserl, peranti Heidegger, dan monadologi Leibniz. Dua kesimpulan penting Harman untuk mengatasi problem tersebut adalah: pertama, membagi objek dan kualitas menjadi masing-masing dua bagian, sehingga terdapat empat hal dalam objek, yakni objek real, kualitas real, objek sensual, dan kualitas sensual. Kedua, memperluas relasi yang tidak hanya terjadi antar objek dan kualitas, tetapi juga antar objek dengan objek, dan kualitas dengan kualitas, sehingga terdapat sepuluh model hubungan dalam objek. Kedua jawaban Harman tersebut membuatnya dapat menjawab problem perubahan dengan penempatan kausalitas pada ranah sensual, dan problem kemunculan dan ketahanan objek dengan gagasan fisi–fusi. Konsekuensi dari filsafat yang dikembangkan Harman adalah hilangnya posisi sentral manusia dalam filsafat serta pembatasan keseluruhan hubungan dalam realitas.
    • Kata Kunci: Object-Oriented Philosophy, objek, kualitas, relasi, desentralisasi manusia

    Komunikasi sebagai Solidaritas Sosial: Paradigma Manusia, Masyarakat, dan Negara Menurut Jürgen Habermas -Fransiskus Nong Budi

    • Materialisme dan mekanisme memandang yang hidup tidak lebih dari benda. Penganut materialisRadikalisasi pemahaman melalui tindakan praksis kerap melahirkan gejala anomali dalam sistem sosial masyarakat, sehingga pertikaian dan perpecahan mudah terjadi hanya karena alasan yang tidak rasional. Menurut Habermas, salah satu upaya solutif untuk menyelesaikan problem tersebut adalah memperjelas setiap tindakan manusia yang dapat dibagi dalam dua kategori dasar, yakni berdasarkan ‘tindakan rasional-bertujuan’ (zweckrationales Handeln) dan ‘tindakan komunikatif’ (kommunikativen Handeln). Tindakan yang pertama dikategorikan Habermas dalam dimensi kerja, sedangkan yang kedua dikelompokkan dalam segi komunikasi. Kedua tindakan tersebut merupakan tindakan dasar bagi manusia dalam kehidupannya, yaitu tindakan dasar manusia dalam relasinya baik dengan alam atau manusia. Relasi manusia dengan alam ialah relasi monolog karena alam menjadi objek manipulasi manusia, sementara relasi manusia dengan manusia adalah relasi dialog karena mereka saling berelasi melalui simbol, dalam hal ini adalah bahasa, yang saling mereka pahami secara intersubjektif dalam dunia keseharian. Melihat organisme hidup dipandang seperti mesin yang rumit. Bagian-bagiannya saling tergantung dan mempengaruhi. Sedangkan mekanisme melihat organisme hidup hanya berdasarkan hukum kimia-fisika. Segala sesuatunya cukup diterangkan melalui rumus-rumus yang rumit. Lawan dari dua paham itu adalah vitalisme. Menurut kaum vitalisme organisme hidup secara fundamental berbeda dari entitas non-hidup. Pada dasarnya diatur oleh prinsip-prinsip yang berbeda dari hal-hal yang mati. Ada dua kutub vitalisme: biologis dan spiritual. Artikel ini akan mengungkap pemikiran filsuf Prancis Henri Bergson (1874–1948) tentang Elan vital untuk mengatasi hambatan materi dalam pembentukan tubuh makhluk hidup. Terutama ditekankannya vitalitas spiritual, yaitu kebebasan dan spontanitas, yang tidak dapat dikembalikan ke keadaan sebelumnya; mendobrak segala hukum kausalitas. Dinamika itu membawa manusia menuju penghayatan yang makin tinggi.
    • Kata Kunci: manusia, sistem sosial, kerja, tindakan rasional-bertujuan, tindakan komunikatif

    Merefleksikan Metode Teilhard de Chardin: Keeping Natural Sciences Natural (?) - Yulius Suroso

    • The Phenomenon of Man (1995) adalah karya P. Teilhard de Chardin yang berisi uraian mengenai teori evolusi. Teilhard dalam penelitiannya menggunakan metode trans-disiplin. Meta-metodologi ini melampaui keterbatasan suatu bidang ilmu untuk mencari koherensi narasi dalam keanekaragaman gejala pengalaman manusia. Berkaitan dengan metode trans-disiplin yang ia gunakan, timbul ketidaksenangan di kalangan tertentu, terutama ahli sains, filsafat, dan teologi. Kalangan tersebut sudah terikat pada tuntutan metodologis spesifik dalam bidang mereka masing-masing. Menanggapi masalah ini, Weber segera menjawab bahwa setiap metode senantiasa berhadapan dengan keanekaragaman empiris. Setiap metode perampatan akan membuang aspek realitas yang unik dan acak, serta mereduksi perbedaan-perbedaan kualitatif ke aspek kuantitatif untuk menghasilkan hukum umum. Pendekatan meta-metodologi Teilhard untuk melampaui keterbatasan suatu bidang ilmu pantas dibela. Meskipun ada sebuah tahap di mana Teilhard mengangkat data penelitian sampai pada tahap “merefleksikan,” namun tidak bisa dipungkiri bahwa segala data penelitiannya didapatkan dengan keketatan metode menurut prinsip kerja ilmiah. Dengan mengacu pada pendapat Andrew Collier, yang mengatakan bahwa objektivitas manusia berkaitan dengan “sikap dan tujuan manusia”, apa yang dilakukan Teilhard dengan demikian tetap mempunyai nilai objektivitas sains. Teilhard bisa dikatakan mempraktikkan ilmu dalam dunia modern dengan tetap setia pada panggilan keilmuan.
    • Kata Kunci: Meta-metodologi Teilhard, objektivitas sains, koherensi narasi, metode trans-disiplin

    Problem Aksiologis Penggunaan Subjek Manusia dalam Kasus Hipotermia Nazi - Banin Diar Sukmono

    • Artikel ini bertujuan untuk memperlihatkan pentingnya prinsip penghargaan atas subjek dalam penelitian ilmiah. Dengan menjadikan kasus hipotermia Nazi sebagai contoh, artikel ini akan menunjukkan masalah yang terjadi saat prinsip penghargaan atas subjek absen dalam andaian aksiologis penelitian. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah evaluasi kritis dalam tataran prinsip dan kerangka riset. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketidakhadiran prinsip penghargaan atas subjek adalah konsekuensi logis atas lemahnya kerangka riset yang dijalankan Nazi dalam penelitian hipotermianya. Dengan kata lain, problem non-epistemik yang tidak tepat dapat memengaruhi keoptimalan pertimbangan epistemik. Berdasarkan hal tersebut, artikel ini merekomendasikan usaha penuh untuk mengafirmasi prinsip penghargaan terhadap subjek dalam segala bentuk kondisi dan penelitian.
    • Kata Kunci: kasus hipotermia Nazi, penghargaan atas subjek, kerangka riset, nilai epistemik dan non-epistemik

    Agama-Agama Hidup dan Pendar-Pendar Kebenaran - Tri Kurniawan Pamungkas

    • Pada zaman yang serba tergesa-gesa, pada masa yang riuh oleh teriak-kuasa sains dan teknologi, pada wajah dunia yang semakin profan, spiritualitas dan sakralitas harus tetap hadir di tengah masyarakat. Sesuatu yang menawarkan jeda untuk jiwa. Sesuatu yang sekaligus memberikan altar sunyi—seribu ruang menuju kedalaman rohani. Ia bernama agama, yang dahulu kala konon terlahir dari pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan manusia: Di manakah kita? Mengapa kita ada di sini? Bagaimanakah kehidupan ini …
    • Kata Kunci: Platon, psyche, soma, pergulatan, sajak

    Sains, Seni, dan Relasi Manusia dengan Dunianya - Dhimas Prayogo

    • Ma nu sia hidup dalam semesta. Kehidupannya itu bukan sebuah kehidupan bisu, namun kehidupan yang penuh dengan perbincangan. Perbincangan yang dilakukan tidak sekadar dengan sesama makhluk berakal. Perbincangan juga terjadi antara makhluk berakal dengan tempat hidupnya. Rumahnya bukan suatu kekosongan tanpa arti, namun sebuah kepenuhan yang bermakna.
    • Pada bukunya yang berjudul Percakapan dengan Semesta, Nirwan Ahmad Arsuka …

    Merajut Teori Kritis - Rangga Kala Mahaswa

    • Kelahiran buku Diskursus Teori-Teori Kritis (2016) merupakan pertautan gagasan Poespowardojo yang sebelumnya telah dituangkan ke dalam buku Filsafat Ilmu Pengetahuan (2015). Kelanjutan proyek besar Poespowardojo adalah untuk mendorong sebuah model refleksi kritis terhadap persoalan realitas sosial, yang disinyalir mengandung kebekuan, penggumpalan serta kemandekan pola pikir dan sikap. Hal tersebut disebabkan oleh adanya sifat otoritarian dan totalitas ideologi kapitalisme yang sifatnya sangat mekanistik …

    26 MB - include updates and bug fixes.